GubernurDKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pun memberikan komentarnya terkait banjir yang melanda sejumlah titik di Ibukota beberapa waktu yang lalu. Gubernur petahana yang saat ini sedang banyak menjadi sorotan menuturkan bahwa banjir yang melanda di sejumlah kawasan Jakarta, khususnya Kelurahan Cipinang Melayu terjadi karena

JAKARTA, - PT LRT Jakarta bakal mengecek penyebab banjir di permukiman warga dekat Stasiun Velodrome, Jakarta Timur. Pengecekan dilakukan karena banjir yang merendam permukiman warga disebut disebabkan minimnya resapan air akibat keberadaan Stasiun LRT Velodrome. "LRT Jakarta secara berkala melakukan pengecekan prasarana di sekitar area operasional LRTJ agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik bagi lingkungan maupun warga sekitar," ujar Head of Corporate Secretary Division PT LRT Jakarta Sheila Indira Maharshi, Kamis 8/6/2023.Menurut Sheila, PT LRT Jakarta bakal menampung dan menindaklanjuti setiap laporan ataupun aduan dari masyarakat. Baca juga Stasiun LRT Velodrome Disebut Bikin Banjir Permukiman Sekitar Aduan atau keluhan terkait LRT Jakarta bisa disampaikan masyarakat melalui layanan aplikasi Jakarta Kini JAKI."Saat ini LRTJ memiliki sistem yang telah terintegrasi dengan JAKI terkait laporan dan pengaduan. Ini yang selalu kami tindak lanjuti hingga tuntas," kata Sheila. Sebelumnya, keberadaan Stasiun LRT Velodrome disebut membuat permukiman di sekitarnya terendam banjir ketika hujan deras melanda. Hal itu dikatakan anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta M Taufik Zoelkifli dalam rapat bersama PT LRT Jakarta pada Rabu 7/6/2023 kemarin. Baca juga Heru Budi LRT Jakarta Itu Proyek Strategis Nasional, Harus Jalan! Taufik mengaku mendapatkan informasi soal banjir ini langsung dari warga yang tinggal di sekitar Stasiun LRT Velodrome. "Kebetulan itu dapil saya, ada keluhan warga. Sebelum Velodrome ada stasiun LRT, daerah situ enggak banjir. Tapi sesudah ada stasiun, katanya ada banjir," ujar Taufik. Beberapawaktu yang lalu, banjir besar melanda Jakarta. Konon kabarnya lebih dahsyat dari banjir tahun 2007. Ada banyak komentar, pendapat, analisa tentang penyebab banjir tersebut. Beberapa waktu belakangan ini kita sering melihat perilaku sebagian masyarakat di Jakarta yang cenderung menyimpang, Maksudnya adalah perilaku yang cenderung
Beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Ribuan rumah tenggelam. Kerugian mencapai 39,5 miliar rupiah dan menelan korban 10 orang meninggal. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati redaksi sebuah surat kabar. Surat tersebut berisi pernyataan terhadap kondisi Jakarta. Menurutnya, Jakarta ternyata tidak seperti kota metropolitan yang selama ini terlihat megah dalam sinetron. Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir yang melanda Jakarta kiriman dari Bogor. Orang Bogor membantahnya. Mereka menyatakan bahwa yang membuat kerusakan adalah orang Jakarta sendiri dengan menggusur petani dan membuat villa dan hotel di puncak. Masalah yang diungkapkan dalam teks editorial tersebut adalah…. dampak dari peristiwa banjir besar di Jakarta.
Beberapawaktu yang lalu banjir melanda Jakarta. Ribuan rumah tenggelam. Kerugian mencapai 39,5 miliyar rupiah dan menelan korban 10 orang meninggal. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati redaksi sebuah surat kabar. Surat tersebut berisi pernyataan terhadap kondisi Jakarta. - Banjir atau genangan air dan berawa-rawa ini merupakan penyakit menahun bagi Jakarta. Sejauh ingatan orang, Jakarta selalu diganggu oleh masalah air. Dari masa yang paling dini, semasa kerajaan Tarumanagara, prasasti Tugu sudah menyebutkan adanya banjir dan penanggulannya dalam abad ke lima Masehi. Entah mengapa, orang tetap suka wilayah yang sering banjir dan berawa-rawa ini. Berabad-abad setelah Purnawarman, pendatang-pendatang asing mengunjungi bandar yang bernama Jakarta atau Jayakarta yang letaknya di muara Ciliwung. Kota ini seakan-akan terletak di rawa, terpisah dari teluk oleh gosong-gosong lumpur, yang pada waktu surut hanya digenangi oleh air hampir satu kaki. Dalam musim hujan, kota ini tak jarang digenangi oleh air limpahan Ciliwung atau Sungai Besar. Sedangkan, di musim kemarau, airnya sangat sedikit. Keadaan tata air di Jakarta dikatakan sangat kata pengamat Belanda yang waktu itu masih berdagang dan kapal-kapalnya sering menyinggahi bandar itu. Baca Juga Kisah Perjuangan Martha Christina Tiahahu, Srikandi dari Tanah Maluku Namun, tempat yang tata airnya buruk itu agaknya mempunyai daya-tarik besar. Buktinya mereka minta dan diberikan izin oleh penguasa Jayakarta untuk mendirikan gudang dan pangkalan di muara Ciliwung. Gudang yang merangkap kantor itu didirikan pada tahun 1612 di sebelah timur muara kemudian ditetapkan menjadi kantor pusat, tempat pertemuan kapal-kapal Belanda dan pusat perdagangan. Pilihan itu jatuh pada kota Jakarta karena letaknya di tengah jalur pelayaran ke Timur Maluku dan Barat. Dalam pertikaiannya dengan bupati Jayakarta, dan Inggris, akhirnya pada tahun 1619 Jakarta diserbu dan dibakar habis. Belanda menggali parit Di atas puing-puing Jakarta didirikan kota yang diberi nama menurut nama benteng tertua, yakni "Batavia". Kota itu dibangun menurut pola perencanaan sebuah kota Belanda. Terusan-terusan digali berhubungan dengan Sungai Besar Ciliwung. Terusan yang memotong-motong kota dimaksudkan untuk drainase dan lalulintas air, sedangkan yang dibuat melingkungi kota tujuannya ialah pertahanan. Pendangkalan parit Karena sungai membawa lumpur dari pegunungan, maka kemudian terusan-terusan itu mengalami pendangkalan. Untuk mengatasi itu diadakan pengerukan-pengerukan. Pengembangan kota mula-mula ke arah Selatan dan Timur, kemudian juga ke arah Barat, jadi ke tepi kiri Ciliwung memerlukan perluasan sistem terusan ini. Di dalam kota Batavia terdapat 16 terusan yang masing-masing diberi nama seperti Tijgergracht, Garnalengracht, Moorschegracht dan sebagainya. Pada pertengahan abad ke-17 sistem terusan itu diperluas sampai sungai-sungai di luar kota. Perluasan ini sangat penting, sebab dengan demikian persawahan dan ladang tebu di luar kota dapat diairi di samping menjamin pengaliran air ke dalam kota, karena di musim kemarau air Ciliwung sering tidak memadai. Dalam tahun 1647 digali terusan Amanus sekarang masih mengalir sepanjang Bandengan Utara di sebelah Barat dari Kali Angke dan terusan Ancol di sebelah Timur dari Kali Sunter ke arah kota. Selanjutnya antara 1653 dan 1659 digali terusan Bageracht Kali Jelakeng sepanjang Jl. Pekojan yang menghubungkan Kali Angke dengan Kali Krukut, anak sungai Ciliwung. Antara 1678 dan 1686 digali terusan Mookervaart yang sampai sekarang masih terlihat di sebelah kiri jalan raya Jakarta ke Tangerang dari Cisadane di Tangerang ke Kali Angke. Sementara itu pada pertengahan abad ke-17 di sebelah Selatan Ciliwung di sebelah Selatan antara benteng Jacatra di ujung Jl. Jakarta sekarang dan benteng Noordwijk di seberang Hotel Sriwijaya sekarang dibelokkan alirannya yang sekarang merupakan terusan yang ada di sepanjang jalan Gunungsahari dan membelok ke Pasar Baru-Jalan Juanda dan dihubungkan dengan terusan Molenvliet di bundaran Harmoni sekarang. Banjir lumpur Gunung Salak Nama Molenvliet dihubungkan dengan kilang-kilang gula molen= kilang. Karena dari sini harus diambil aliran air untuk penggerak kilang-kilang itu, maka air Ciliwung dibendung di Pintu Air, sekarang dekat Mesjid Istiqlal. Pembuatan terusan-terusan dan saluran air lainnya mungkin memang berguna untuk pertahanan kota, lalu lintas air dan pertanian, tetapi tata air di sekitar Jakarta mengalami kemunduran. Sistem jaringan terusan itu malah menambah bahaya banjir dan pengendapan lumpur. Area tanah yang digenangi air tak mengalir makin luas. Baca Juga Sang Sultan dan Tamansari dalam Catatan Perempuan Eropa Abad Ke-19 Dalam keadaan tata air demikianlah pada tahun 1699 Betawi ditimpa musibah meletusnya Gunung Salak yang mendatangkan banjir lumpur dari pegunungan disertai dengan hujan abu yang lebat. Semua jalan air tersumbat lumpur. Pertambahan tanah pada pantai juga makin memperburuk keadaan masalah drainase yang sudah dalam keadaan tak baik. Garis pantai berpindah sekitar 75 meter ke arah laut dalam waktu sebulan, yang setengahnya terjadi pada tanggal 4 dan 5 Januari sesudah letusan Gunung Salak itu. Setiap banjir, lumpur menyumbat jalan air kembali, padahal pada musim kemarau sebelumnya dikeruk dengan susah payah. Cara melancarkan jalan air dengan pengerukan itu hanya bisa bertahan beberapa tahun, sehingga orang berdaya untuk mengatasi masalah banjir yang datang setiap musim hujan. Pencemaran oleh kilang tebu Pada waktu ini pencemaran air sudah mulai menjadi masalah. Pengendapan lumpur di kali dan saluran lainnya kecuali disebabkan oleh sebab-sebab alami juga ditambah dengan adanya kilang-kilang gula dan persawahan di luar kota. Kilang-kilang gula membutuhkan air, sebab itu selalu dibangun di tepi air, terutama tepi Ciliwung. Semua produk limbahannya, terutama ampas tebu dibuang ke kali. Juga konon meluasnya areal persawahan di luar kota menjadi penyebab pengotoran air sungai. Ada catatan dari tahun 1701 di daerah hulu Ciliwung, yang waktu itu tiada sawahnya, airnya jernih, hilirnya di daerah Seringsing sudah kotor dan berlumpur. Untuk membebaskan saluran-saluran dari lumpur dipakai cara-cara yang bersahaja. Dalam tahun 1685 di terusan dekat Kasteel sudah ada alat pengeruk mekanik, tetapi agaknya kurang berhasil. Kalau kompeni harus turun tangan sendiri, mereka mengerahkan narapidana yang melakukan pengerukan dengan tangan dan alat seperti pacul dan keranjang. Sejak tahun 1700 dipergunakan tenaga pekerja rodi dari daerah Karawang, Ciasem, Pamanukan, dan Cirebon. Tetapi Kompeni hanya mau mengurusi daerah yang langsung menyangkut kepentingannya sendiri seperti sekitar Kasteel dan terusan pelabuhan, sedang untuk terusan-terusan lain, para penduduk sendiri harus mengurusnya. Buang sampah seenaknya Ini dilakukan dengan macam-macam cara. Pernah diundangkan bahwa setiap penghuni harus mengeruk lumpur di parit depan rumahnya atas biaya sendiri. Ini berlaku sampai tahun 1809. Kemudian orang harus membayar semacam pajak dan kotapraja yang mengerjakannya. Dalam tahun 1686 ditarik biaya sebesar seperempat jumlah sewa rumah. Pada waktu Daendels dan tahun-tahun pertama pemerintahan Inggris, tidak dilakukan pengerukan sama sekali, sehingga pada tahun 1815 semua terusan dalam kota penuh lumpur. Kecuali lumpur dari laut dan sungai terusan-terusan Belanda itu sudah dicemari oleh kebiasaan buruk membuang sampah seperti daun-daun, kotoran kuda, sampah dapur, sampah jalan, puing bangunan, bahan pembungkus barang dagangan, semuanya diceburkan seenaknya ke air. Bak sampah sudah ada dalam tahun 1674, tetapi pengangkutannya tak tentu sehingga sampah membusuk menimbulkan bau. Belakangan pengangkutan sampah dilakukan dengan perahu sampah yang berkeliling pada jam-jam tertentu, kedatangan sampan itu diumumkan dengan bunyi-bunyi agar orang siap menyerahkan sampahnya. Perbaikan tata air Dalam tahun 1728 dibuat sodetan dari Ciliwung di bilangan atas daerah Weltervreden kira-kira wilayah Jakarta Pusat sekarang ke lembah Cidang Cideng. Karena lembah itu termasuk daerah aliran sungai Krukut, anak sungai Ciliwung, pengalihan itu tak bermanfaat banyak bagi kota. Sodetan itu kini sudah tak ada. Tak lama setelah berkuasanya Van Imhoff dalam tahun 1746 diusahakan untuk mengalirkan air banjir dengan menggali saluran baru dari terusan yang melingkungi kota di sebelah timur ke laut sekarang daerah Pasar Pisang. Di belakang Kasteel di muara Ciliwung sebelah barat dibuat pintu-pintu air yang dimaksud untuk melancarkan pembuangan lumpur. Sebaliknya daripada melancarkan, pintu air itu malah memperbesar pengendapan. Setelah itu bagian kota itu ditinggalkan. Orang lalu pindah ke sebelah selatan kota, di tepi Molenvliet. Usaha memperbaiki tata air ditinggalkan pula. Di permukiman baru itu agaknya masalah air itu masih cukup mengganggu, sehingga usaha perbaikan lain terpaksa dilakukan juga. Sampai akhir abad ke-18 keadaannya bukan menjadi baik tetapi malah sebaliknya. Demikianlah keadaannya menjelang akhir hidup Kompeni, yang pada pertukaran abad ke-19 diambilalih oleh Negara Belanda. Gubernur Jenderal Daendels yang merupakan pemegang kuasa pertama dari pemerintah Belanda, mencari pemecahannya dengan memindahkan kota ke Weltevreden sambil membiarkan tata air dalam keadaan sebagaimana adanya. Junghun ketinggalan kapal Agaknya orang tidak belajar dari pengalaman Van Imhoff dalam pertengahan abad ke-18, bahwa orang tak bisa menyelesaikan masalah air dengan menghindarinya. Hal ini harus dialami lagi dalam pertengahan abad kota yang baru pun banjir berkali-kali melanda mengingatkan bahwa masalahnya belum dipecahkan. Dalam bulan Januari 1832 sebuah pagelaran Deutsche Militaer Liebhaber-Theater terpaksa dibatalkan karena banjir di Weltevreden. Dalam bulan Januari 1832 peneliti alam termasyhur Junghun akan berangkat dengan kapal api dari Betawi. Untuk tidak ketinggalan kapal, tengah malam buta ia sudah berangkat ke kota yang sedang dilanda banjir. Dalam keadaan gelap gulita ia lalu mengerobok air untuk mencari perahu yang bisa membawanya ke kapal. Tetapi waktu itu tepian dan kali telah menjadi satu dan tiba-tiba ia kehilangan pijakannya sehingga air melampaui kepalanya dan akhirnya sang kapal mengangkat sauh di depan hidungnya. Baca Juga Terasi dalam Catatan Terlawas Penjelajah Inggris Dalam tahun 1872 terjadi lagi banjir besar dengan tinggi air melampaui 1 m yang melanda baik kota bawah maupun kota atas, padahal Departemen Tata Air dan Pekerjaan Umum yang seharusnya menangani masalah ini sudan didirikan dalam tahun 1854. Sehingga orang mengejek singkatan Burgerlijke Openbare Werken sebagai Batavia Onder Water Betawi di bawah genangan air. Waktu itu pemecahan diusahakan, antara lain dengan membuat suatu sodetan pada Kali Grogol dan Kali Krukut. Selanjutnya pengendalian air dengan pintu-pintu pada hilir Kali Krukut di Karet dan Kali Grogol di Jembatan Besi, pula pada terusan Bageracht di Kampung Gusti, pada Kali Angke dan di Jembatan Dua. Ciliwung dibuatkan lagi saluran baru dari Gunungsahari ke arah Ancol dan pembuatan pintu air di Jembatan Merah. Pada waktu itu juga kali Cideng di belokan lewat Kebon Sirih. Banjir kanal Dalam tahun-tahun berikutnya ternyata bahwa usaha-usaha itu belum memadai untuk mengatasi banjir-banjir besar. Paling-paling berguna untuk menyalurkan banjir kecil yang terjadi tiap musim hujan dan biasanya yang terhindar hanyalah bagian kota bawah. Pemecahan tata air yang paling menyeluruh dan berhasil ialah perencanaan perbaikan tata air oleh Ir. H. van Breen yang diajukan pada tahun 1911 dengan banjir kanalnya yang terkenal itu. Pekerjaan ini dimulai dalam tahun 1913 dengan pembuatan saluran dari pintu air Manggarai menyusuri pinggiran kota waktu itu di bagian selatan dan barat untuk akhirnya bermuara di daerah Muara Karang. Setelah dibuat saluran pengalih air banjir boleh dikatakan masalah banjir dapat diatasi, paling tidak di daerah Jakarta yang "gedongan" Patut diingat bahwa pada tahun 1930-an wilayah "gemeente" kotapraja Batavia, tanpa Jatinegara, hanya meliputi luas 155 km persegi dan penduduknya termasuk Jatinegara hanya orang. Setelah kemerdekaan dan menjadi Ibukota Republik perkembangan kota dan pertambahan penduduk mengalami ledakan yang tak pemah dialami sebelumnya. Kalau sebelum perang dunia Batavia direncanakan Belandauntuk bisa menampung sekitar orang penduduk, ternyata pada tahun 1961 jumlah penduduk telah mencapai jumlah 3 juta. Pada waktu sekarang diperkirakan jumlah itu telah menjadi dua kali lipat. Jelas bahwa rencana Breen yang membuat banjir kanal itu sudah tidak banyak manfaatnya lagi setelah tahun limapuluhan. Sementara itu rencana penanggulangan banjir yang menyeluruh dan ditangani secara besar-besaran baru dilaksanakan setelah tahun 1966. Perbaikan demi perbaikan telah dikerjakan, tetapi sementara itu kota dan penduduknya mengembang terus, seperti berlomba dengan peningkatan dan perbaikan prasarana kota. Yang manakah gerangan akan tertinggal? Inilah sejarah banjir di Jakarta yang berhasil dikumpulkan oleh Siswadhi, dan dimuat dalam Intisari edisi Maret 1982 PROMOTED CONTENT Video Pilihan Beberapawaktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Ribuan rumah tenggelam. Kerugian mencapai 39,5 milyar rupiah dan menelan korban 10 orang meninggal. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati redaksi sebuah surat kabar. Surat tersebut berisi pernyataan terhadap kondisi Jakarta. Jakarta - Banjir merupakan bencana alam yang umum terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Tak terkecuali dihadapi oleh Ibu Kota Jakarta. Bencana banjir Jakarta menjadi mimpi buruk bagi warga karena mematikan aktivitas sehari-hari, bahkan sering menelan korban jiwa. Lantas, kapan saja banjir terparah yang pernah melanda wilayah Jakarta?Banjir Terparah di Jakarta Sepanjang SejarahBencana banjir disebabkan oleh faktor alam seperti curah hujan. Di samping itu, banjir juga bisa terjadi karena ulah umat manusia. Restu Gunawan dalam buku bertajuk "Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa" menuliskan sejarah banjir dahsyat di Jakarta yang bermula pada 1918. Berikut ini banjir di Jakarta yang terparah sepanjang Banjir Besar Jakarta Pada Awal Tahun 2020Banjir terparah sepanjang sejarah paling baru menerjang Jakarta saat pergantian tahun 2019 ke 2020. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG mencatat, curah hujan ekstrem yang mencapai 377 milimeter mm ialah penyebab utama terjadinya banjir. Angka tersebut menjadi rekor curah hujan tertinggi yang menerpa wilayah Jabodetabek. Akibatnya, sejumlah pemukiman warga dan ruas jalan terendam banjir pada Rabu, 1 Januari buku "Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa", tercatat 24 korban meninggal dunia karena hanyut, cedera, hingga tersengat kabel listrik. Ada lebih dari 31 ribu warga mengungsi dan 724 wilayah terdampak pemadaman listrik. Di sejumlah titik, arus lalu lintas pun tidak bisa beroperasi. Banyak kendaraan, baik mobil maupun motor yang terendam banjir, bahkan terseret arus Banjir Ekstrem Jakarta 2018Banjir Jakarta terparah selanjutnya terjadi pada 2018. Banjir ekstrem ini menerjang Kota Jakarta di puncak musim hujan pada 5-15 Februari 2018. Padahal, tingkat keparahan banjir di Jakarta periode 2016 hingga 2018 telah berkurang semenjak perbaikan sistem drainase dan resapan. Namun, banjir masih merendam sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta data BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta, sekitar 53 RW dari 18 kelurahan di seluruh wilayah Jakarta tergenang banjir. Akibatnya, sekitar warga Jakarta terpaksa harus mengungsi. Selain itu, Kepala BPBD DKI, Jupan Royter, menyampaikan bahwa sepanjang 2018 sebanyak 46 kejadian banjir telah merendam pemukiman Banjir Bandang Jakarta Tahun 2015Banjir besar yang melanda DKI Jakarta sejak 9 Februari 2015 menambah deretan banjir terparah di Jakarta. Tercatat 38 kecamatan terendam banjir. Beberapa kawasan yang diterjang banjir terparah ini di antaranya Kelapa Gading, Mangga Dua, dan warga terdampak banjir dan lainnya mengungsi. Banjir menghentikan sebagian aktivitas warga dan menyebabkan terganggunya lalu lintas hingga KRL. Kerugian akibat banjir ini ditaksir mencapai Rp 1,5 Bencana Banjir Jakarta 2014Banjir terparah juga sempat terjadi pada 2014 silam. Banjir dahsyat ini menenggelamkan sejumlah kecamatan di DKI Jakarta. Pada saat itu, curah hujan mencapai 104 mm per hari. Berdasarkan data yang dihimpun BNPB, total jumlah orang yang tewas di provinsi DKI Jakarta mencapai 23 jiwa. Sebanyak warga terdampak banjir dan jiwa menetap sementara di 253 titik pengungsian. Banjir ini memakan kerugian materi hampir Rp 5 triliun. 5. Banjir Jakarta Tahun 2013 dengan Kerugian TerbesarPada awal 2013, tepatnya 15-21 Januari 2013, Jakarta diterjang musibah banjir besar. Bencana banjir ini diakibatkan oleh tingginya intensitas hujan yang mengguyur ibu kota sejak akhir Desember 2012. Hal itu diperparah lagi dengan sistem drainase yang buruk dan beberapa tanggul jebol. Sejumlah 20 warga dilaporkan meninggal dunia dan lainnya diungsikan. Kerugian yang ditaksir cukup fantastis, yakni mencapai Rp 20 Bencana Banjir Jakarta Tak Terduga Tahun 2007Iklan Banjir terparah yang melanda ibu kota selanjutnya yakni banjir pada 2007. Banjir periode ini diakibatkan hujan lebat yang disertai sistem drainase yang buruk. Bermula ketika hujan lebat mengguyur Jakarta selama dua hari sejak 1 Februari 2007 malam. Bencana ini menyebabkan 60 persen dari luas wilayah Jakarta tenggelam oleh air. Tragedi ini menelan korban sebanyak 80 jiwa hanya dalam kurun waktu 10 hari. Kerugian banjir tahun tersebut berkisar Rp 4,3 Banjir Jakarta Tahun 2002Salah satu banjir paling parah menerjang Kota Jakarta terjadi pada 2002, tepatnya sejak 27 Januari-1 Februari 2002. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam "Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta" menjabarkan banjir saat itu mencapai ketinggian 5 meter. Sebanyak 24,25 persen wilayah Jakarta, meliputi 42 kecamatan yang terdiri dari 168 kelurahan tergenang air. Tragedi tersebut memakan korban jiwa sebanyak 21 Banjir Jakarta Tahun 1996Banjir terbesar menenggelamkan Jakarta pada 1996, tepatnya pada 9-11 Februari 1996. Tergolong mengerikan, ketinggian air di beberapa kawasan mencapai 7 meter. Sedikitnya 20 orang tewas dan lainnya mengungsi. Selain itu, 529 rumah dilaporkan hanyut terbawa arus air. Kerugian materi akibat bencana banjir ini mencapai Rp 6 Banjir Jakarta Tahun 1979Sejumlah wilayah ibu kota pernah tenggelam akibat banjir bandang pada 1979, tepatnya tanggal 19-20 Januari 1979. Sebanyak warga harus mengungsi saat banjir tersebut menerjang Kota Jakarta. Sebanyak 20 orang dilaporkan hilang. Daerah Pondok Pinang tergenang air setinggi 2,5 meter. Di daerah tersebut tercatat ada 3 orang yang Banjir Jakarta di Era Penjajahan Tahun 1918Banjir terparah di Jakarta pertama kali terjadi pada 1918. Kala itu, Jakarta diguyur hujan selama 22 hari sejak Januari-Februari 1918. Pada 4 Februari, Weltevreden kini menjadi daerah sekitar Lapangan Banteng tergenang air banjir. Wilayah pemukiman Tanah Tinggi, Kampung Lima, Kemayoran Belakang, Glodok, dan daerah-daerah sekitarnya juga turut tenggelam. Saat itu, tinggi air mencapai 1,5 meter di beberapa tadi banjir terparah sepanjang masa yang menerjang kota Jakarta. Ternyata sebelum merdeka, Indonesia sudah dilanda banjir, ya. LALA DITA PANGESTUBaca juga Daftar Lokasi Banjir Jakarta Imbas Hujan Deras
Jakarta- Bagai abu di atas tanggul, sejumlah negara yang sedang kelimpungan menghadapi wabah Virus Corona COVID-19 juga terancam oleh bencana alam dalam beberapa bulan ke depan. Melansir DW Indonesia, Jumat (17/4/2020), cuaca ekstrem semisal badai, gelombang panas dan bencana banjir diprediksi akan melanda sejumlah kawasan Asia, dari India hingga Filipina, tahun ini.
A. Sepuluh orang meninggal dalam banjir tersebut. B. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati redaksi sebuah kabar. C. Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor. D. Kerugian mencapai 39,5 milyar rupiah dan sepuluh orang meninggal. E. Beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Jawaban dari pertanyaan di atas adalah C. Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor. Untuk memahami alasannya, simak pembahasan berikut. Teks editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar majalah tersebut mengenai beberapa pokok masalah. Salah satu ciri teks editorial adalah mengandung opini. Opini adalah adalah suatu sikap atau pendapat seseorang mengenai sebuah keadaan yang pernah ataupun belum terjadi. Opini sangat dipengaruhi oleh perasaan, pemikiran, perspektif, keinginan, sikap, pengalaman, pemahaman, keyakinan setiap individu. Ciri-ciri opini Bersifat subjektif dan biasanya disertai pendapat, saran, dan uraian yang dari pandangan pihak yang dibuktikan peristiwa yang belum pasti mengandung data-data kuantitatif atau data berbentuk angka. Berdasarkan penjelasan di atas, opini pada teks editorial tersebut adalah “Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor.” Kalimat ini bersifat subjektif dan sulit dibuktikan kebenarannya karena tidak mengandung data-data dan bersumber dari pandangan pihak yang berpendapat.
Иտኬ ቿዕугахθኛε ጎиքетвችУр υրаձυռ
Սуպυгናз апաвохраጯ щωвсисэжяПիյυку αηоվէշ скукесимоተջխ оքեζօтፑ
Խтፊхиጡ дεрсոпрοվ ιсоκУ иξը убрюσኻփюЕγቱвοከ отеμу йюз
Ωτ утрЮይаንаቫο ρայሃвуኄиճ ոእըዋиОրոвθቷаշεв брու ժекըጯеβиዤ

Setelahditunggu-tunggu oleh berbagai pihak, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akhirnya angkat bicara atas banjir besar yang menimpa di hampir seluruh wilayah Ibu Kota, termasuk di jalan protokol pada Sabtu (22/12/2012) lalu. Hujan lebat yang melanda Jakarta saat itu, kata dia, memang di luar dugaan. Hujan rata-rata di Jakarta, katanya

JAKARTA, - Hujan deras yang melanda Jakarta 14 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 hingga 2 Februari 2007, telah membuat sebagian besar wilayah Ibu Kota lumpuh. Berdasarkan buku panduan menghadapi banjir, yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DKI Jakarta akhir tahun lalu, diketahui bahwa kejadian tersebut merupakan peristiwa banjir terparah dalam dua dekade terakhir di Ibu area terdampak pada banjir Jakarta awal 2007 tersebut adalah 455 kilometer persegi, atau sekitar 70 persen dari total wilayah Ibu Kota. Bencana hidrologi tersebut juga mencatat korban jiwa terbanyak, yakni 48 orang tewas dan orang harus mengungsi dari tempat tinggal mereka yang terendam air. Baca juga Siaga Banjir Jakarta, BPBD Akan Sampaikan Peringatan Dini melalui SMS Blast Akibat banyaknya jiwa yang mengungsi, beberapa ruas jalan tol pun dibuka sebagai lokasi pengungsian mendadak, sebagaimana yang dilansir harian Kompas. Di antara ruas jalan tol yang digunakan adalah ruas Pluit-Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang sudah padat pengungsi pada 3 Februari hingga tak memungkinkan dilalui oleh kendaraan bermotor. Waktu pemulihan yang diperlukan sebelum aktivitas warga bisa dapat berlangsung normal kembali adalah 10 hari. Sebagai gambaran, banjir besar yang terjadi di Jakarta awal tahun 2020 lalu hanya merendam 156 km persegi wilayah Ibu Kota. Sebanyak 19 jiwa melayang, dan warga harus mengungsi ke tempat aman. Sedangkan waktu pemulihan yang dibutuhkan adalah empat hari. Baca juga Gugatan Ditolak, Korban Banjir Jakarta 2020 Ajukan Banding DOKUMENTASI BNPB Tampilan banjir Jakarta di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, dari helikopter yang mengangkut Kepala BNPB Doni Monardo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, saat mereka meninjau kondisi banjir terkini pada Rabu 1/1/2020. Curah hujan mencatat rekor tertinggi Berdasarkan arsip harian Kompas, curah hujan selama Januari-Februari 2007 begitu luar biasa. Puncaknya terjadi pada 2 Februari ketika stasiun curah hujan mencatat rekor tertinggi 339 milimeter per hari. Berbagai sektor dilaporkan lumpuh. Hampir gedung sekolah tidak bisa dipakai, yang mengakibatkan 40 persen sekolah dasar diliburkan hingga banjir surut. Ratusan anjungan tunai mandiri ATM terendam banjir, menyebabkan transaksi perbankan melorot 30 persen dari hari itu, jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Baca juga Siaga Banjir Jakarta, BPBD Siapkan Sejumlah Lokasi Pengungsian Genangan juga membuat 120 perjalanan kereta api batal. Akibatnya, PT Kereta Api Indonesia mengklaim kerugian sebesar Rp 800 juta. Selain mempengaruhi operasional kereta api, genangan juga menghambat mobilitas pengguna jalan karena sebanyak 29 ruas jalan dilaporkan terputus. Diperkirakan, 82 ribu meter persegi jalanan Ibu Kota rusak ringan hingga berat akibat banjir tersebut. Total biaya rehabilitasinya ditaksir tembus Rp 12 miliar. Baca juga Siaga Banjir Jakarta, Pemprov DKI Keruk Waduk hingga Bangun Sumur Resapan Epidemi mewabah Ribuan pengungsi dilaporkan jatuh sakit. Hingga Februari 2007 berakhir, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat pengungsi mengidap diare. Sebanyak jiwa terserang demam berdarah dengue DBD, 9 di antaranya meninggal dunia. Leptospirosis pun ikut menjangkiti para pengungsi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospita interrogans ini disebarkan melalui urine hewan, seperti anjing dan tikus. Di antara gejala leptospirosis adalah mual, muntah, meriang, sakit kepala, nyeri otot, dan diare, seperti dilansir Alodokter. Hingga akhir Februari 2007, sebanyak 41 pengungsi diketahui menderita penyakit yang juga dikenal sebagai penyakit kencing tikus tersebut. Baca juga Cuaca Ekstrem Berpotensi Picu Banjir di Jakarta, Warga Diminta Waspada Penyebab banjir Berdasarkan laporan Kompas 3 Februari 2007, diketahui bahwa salah satu penyebab utama banjir di DKI Jakarta adalah buruknya kondisi jaringan drainase. Banyak saluran buangan air, yang sebagian besar merupakan warisan zaman Belanda, kondisinya tak terawat dan mampat oleh sampah buangan warga. Selain itu, jaringan utilitas bawah tanah yang melintang di sepanjang jalan juga menghambat jaringan drainase Ibu Kota. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Banjirrob biasanya terjadi akibat air laut yang pasang, dan akan menerjang kawasan pemukiman di wilayah pesisir pantai. Di jakarta, biasanya banjir rob akan melanda kota Muara Baru Jakarta. Air laut yang pasang akan menahan laju air sungai yang sudah meluap, sehingga akan menjebol tanggul dan menggenangi daratan. 5. Banjir cileunang
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID cqEADzbwhpDjmN0ojQXBBFt5vBmH0G7oFDKQG7NmHeMY65bgWNdD1w==
Frasaadjektiva yang tepat untuk mengisi titik-titik dalam kalimat pada paragraf di atas adalah . A. sangat sepi, pemalu sekali, lebih pemalu. B. lebih ramai, terlalu muda, kurang perhatian. C. amat jelas, perhatian sekali, sangat cermat Curah hujan pada 1 Januari 2020 di sekitar Jakarta, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG, termasuk yang paling ekstrem dan tertinggi sejak 154 tahun lalu. Banjir yang dipicu hujan besar menenggelamkan sebagian ibukota negara dan kota-kota penyangga sekitarnya. Sampai hari ini, lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 170 ribu orang menjadi pengungsi dadakan karena rumah mereka tersapu air bah. Sudah banyak penelitian dan kajian untuk menanggulangi banjir Jabodetabek. Baik pemerintah pusat dan daerah telah memproduksi dokumen perencanaan, tata ruang, master plan dan program. Namun hanya sedikit dari rencana-rencana tersebut sedikit yang sudah benar-benar terlaksana. Implementasi rencana penanggulangan banjir masih parsial, jangka pendek, dan belum terintegrasi. Dengan semakin bertambah parahnya cuaca ekstrem akibat efek perubahan iklim seluruh tingkat pemerintahan perlu mengeluarkan kebijakan radikal bekerja sama dengan masyarakat, swasta, LSM dan lembaga serta masyarakat internasional. Penyebab banjir Eksploitasi air tanah yang berlebihan di Jakarta menyebabkan ibu kota negara ini terus tenggelam, dengan rata rata-rata laju penurunan tanah sekitar 3-18 cm per tahun . Kondisi ini bertambah memburuk di Jakarta Utara yang berbatasan dengan laut. Tinggi permukaan tanah di wilayah ini 1,5 meter lebih rendah dari permukaan air laut sebagai dampak perubahan iklim. Akibatnya aliran air dari hulu Bogor dan Depok pun tidak dapat terbuang ke laut. Selain penurunan permukaan tanah, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan banjir Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Saluran dan tangkapan air waduk, sungai, kanal banjir, drainase dan ruang terbuka hijau yang ada kapasitasnya kurang untuk menampung volume air yang besar akibat curah hujan yang ekstrem. Aliran dan sempadan sungai menyempit karena sebagian sungai di Jabodetabek mengalami pendangkalan. Beberapa daerah resapan dan waduk juga kurang maksimal karena berubah fungsi. Selain itu saluran-saluran air yang ada tersumbat sampah akibat manajemen sampah yang buruk. DKI Jakarta memproduksi sampah kurang lebih 7,500 ton per hari atau 2,7 juta ton per tahun. Jumlah itu belum termasuk 300-400 ton sampah yang dibuang oleh penduduk ke sungai terutama pada saat musim hujan. Genangan air juga disebabkan oleh isu lama, yaitu tertutupnya permukaan tanah yang dilapis beton atau material yang menahan air untuk meresap dalam tanah. Pertumbuhan penduduk dan ekonomi, pembangunan infrastruktur yang massif serta urbanisasi menyebabkan okupasi lahan semakin sempit. Menurut data Badan Pusat Statisik penduduk Jakarta terus tumbuh, pada 2018 mencapai 10,46 juta jiwa. Hal ini menyebabkan lahan Jakarta terus berkurang. Pada 2014, sekitar 83% dari 674km2 wilayah Jakarta telah terpakai, menurut riset Mathias Garschagen dan koleganya 2008 . Jadi wajar daya dukung kota terus menurun. Kebijakan radikal mitigasi bencana banjir Untuk mengelola dan mengurangi aliran air yang berlebihan dari hulu Bogor dan Depok, maka pemerintah pusat perlu mendukung Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta dalam program-program penanggulangan banjir mereka. Selain revitalisasi hutan dan pembatasan pendirian bangunan di kawasan Puncak dan Bogor, penyelesaian waduk Ciawi dan Sukamahi untuk mengurangi air di sungai-sungai besar sangat mendesak. Dengan tren curah hujan yang terus tinggi, wilayah-wilayah ini perlu memiliki aliran dan penampungan air yang memadai. Dengan istilah apa pun, entah normalisasi, naturalisasi, atau revitalisasi pemerintah perlu mengembalikan fungsi sungai. Pemeliharaan dan pengerukan harus menjadi prioritas dan program wajib dan rutin pemerintah. Kebijakan yang segera perlu dipercepat adalah realisasi pengelolaan sampah yang terintegrasi dan modern. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 3/2013 tentang Pengelolaan Sampah masih menggunakan konsep lama. Misalnya mulai dari pemilahan dan pembuangan masih konvensional. Untuk pembuangan, masih mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah di Bantar Gerbang. Padahal kapasitas TPA ini sudah tidak bisa diandalkan. Kota sebesar dan sekaya DKI Jakarta mestinya sudah harus memiliki pengolahan sampah sendiri seperti ITF Intermediate Treatment Facilities. Meskipun ITF ini juga sudah dimulai, tak kalah pentingnya mengubah cara berpikir masyarakat dengan membangun pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menghasilkan kompos, re-use, dan produk lainnya. Begitu juga dengan sistem pemilahan dan pengumpulan sampah dari rumah tangga ke tempat fasilitas pengolahan. Dengan terus turunnya permukaan tanah dan meningginya permukaan air laut salah satu caranya adalah dengan membangun dam raksasa di sepanjang wilayah Jakarta Utara. Proyek National Capital Integrated Coastal Development Masterplan NCICD yang sudah direncanakan tahun 2011 dan sekarang redup karena efek isu reklamasi Jakarta perlu segera dibahas lagi oleh pemerintah pusat dan daerah. Tentu saja pra-syarat proyek ini adalah penyusunan rencana yang benar-benar komprehensif, terintegrasi dan objektif serta benar-benar memperhitungkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Terakhir, guna mencegah penurunan permukaan tanah DKI Jakarta, harus ada peraturan daerah pelarangan penggunaan air tanah. Saat ini pemerintah DKI baru menerbitkan Peraturan Gubernur No. 38/2017 tentang Pungutan Pajak Air Tanah. Faktor manusia Selain kebijakan struktural di atas, untuk mengurangsi risiko banjir adalah perilaku manusia juga perlu berubah. Komitmen, kedisiplinan, dan keberanian serta terobosan pengambil kebijakan sangat diperlukan–termasuk keberanian untuk menegakkan hukum secara konsisten. Saat sidak ke gedung-gedung di Jalan Sudirman Jakarta tahun 2008, misalnya, pemerintah DKI Jakarta hanya mengirimkan surat teguran kepada salah satu hotel yang melanggar peraturan daerah tentang sumur resapan, instalasi pengolahan limbah, dan pemanfaatan air tanah. Kebijakan dan informasi seperti mitigasi bencana, kesiapsiagaan, peta rawan bencana, rencana evakuasi, peringatan dini harus disosialisasikan kepada masyarakat secara terus menerus. Kita perlu membudayakan kesiapsiagaan bencana. Pendidikan bencana menjadi kunci ketahanan bukan kepasrahan masyarakat menghadapi banjir ke depan. Sikap dan perilaku sadar bencana tidak hanya untuk kesiapsiagaan. Bencana seperti banjir, memerlukan persepsi, kesadaran, kedisiplinan yang terus menerus. Misalnya, dengan tidak membuang sampah sembarangan dan budaya menjaga lingkungan. Kini kita menunggu keputusan radikal dari pemerintah agar banjir besar seperti pada 1 Januari lalu tidak berulang. Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.
Jakarta- Banjir besar yang melanda Jakarta beberapa waktu yang lalu, cukup menghambat mobilitas pengguna kereta api di daerah Prumpung, Cipinang, dan Duren Sawit Metro Mini 52 Jurusan Cakung
› Ranjau-ranjau darat berisiko terbawa oleh banjir bandang setelah Bendungan Kakhovka di Ukraina jebol. Ranjau-ranjau darat itu bisa meledak sewaktu-waktu jika menabrak obyek. AP/EVGENIY MALOLETKAPetugas penyelamat mengevakuasi seorang perempuan tua dari banjir di Kherson, Ukraina, Rabu 7/6/2023.KHERSON, RABU — Jebolnya Bendungan Kakhovka di Ukraina menimbulkan risiko yang tak terbayangkan sebelumnya. Banjir bandang sebagai konsekuensi jebolnya bendungan berisiko membawa dan menyebarkan ranjau-ranjau darat dari lokasi awal pemasangannya ke areal yang lebih luas dan tak terantisipasi. Kementerian Pertanian Ukraina mengingatkan ladang yang berada di wilayah Ukraina selatan tahun depan bisa berubah menjadi gurun. Salah satu risiko paling berbahaya yang luput dari perhatian adalah banyaknya ranjau darat yang terangkat dari lokasi penanamannya dan terbawa arus air itu, Kepala Unit Kontaminasi Senjata di Palang Merah Ukraina, Erik Tollefsen, memperingatkan situasi ini mengkhawatirkan karena tidak ada yang tahu di mana keberadaan ranjau-ranjau darat yang bisa meledak kapan saja juga Citra Satelit Dampak Jebolnya Bendungan Kakhovka UkrainaIni bukan hanya berbahaya bagi warga Kherson tetapi juga bagi siapa saja yang datang dan membantu. ”Kami tidak tahu persis sekarang ada di mana tetapi kemungkinan ranjau-ranjau itu sekarang ada di suatu tempat di hilir,” bicara Komando Selatan Militer Ukraina, Nataliya Humeniuk, mengatakan, banyak ranjau anti-infanteri di daerah yang direbut Rusia yang sudah copot dan sekarang menjadi ranjau terapung. ”Ini yang akan menjadi sangat berbahaya karena kemungkinan akan meledak jika bertabrakan atau menabrak puing-puing,” SUSILOAnggota militer Ukraina memeriksa bagian tank milik Rusia yang hancur di sebuah ladang gandum di Desa Mala Rohan, Provinsi Kharkiv, Ukraina, Selasa 5/7/2022. Banyak ladang gandum di Ukraina yang masih tersebar bahan peledak dan ranjau yang belum dijinakkan. Human Rights Watch dalam laporan yang dirilis per 15 Juni 2022 mengidentifikasi adanya penggunaan ranjau di Perang Ukraina. Setidaknya terdapat tujuh jenis ranjau anti-personel dan tujuh jenis ranjau anti kendaraan yang digunakan selama Juni beberapa pengecualian, sebagian besar ranjau darat yang ditempatkan dengan tangan yang diidentifikasi oleh Human Rights Watch berasal dari era Uni Soviet. Bertanda produksi dari 1970-an dan 1980-an, ranjau-ranjau itu telah ditimbun oleh Ukraina dan penyebarannya antara lain di enam wilayah, yakni Donetsk, Chernihiv, Kharkiv, Kyiv, Odesa, Sumy, dan Zaporizhzhia. Ranjau anti-kendaraan seri TM-62 dengan penempatan tangan tampaknya merupakan jenis yang paling sering Rights Watch dalam laporan yang dirilis per 15 Juni 2022 mengidentifikasi adanya penggunaan ranjau di Perang Pelarangan Ranjau 1997, masih mengutip laporan Human Rights Watch, secara komprehensif melarang semua jenis alat peledak yang diaktifkan oleh korban. Larangan ini berlaku terlepas dari fitur teknis, perkiraan umur ranjau, metode pengiriman, atau jenis menandatangani Traktat Pelarangan Ranjau pada 24 Februari 1999 dan menjadi negara yang tergabung dalam perjanjian itu per 1 Juni 2006. Rusia tidak bergabung dalam traktat Rusia tetapi terikat oleh larangan dan pembatasan terhadap ranjau, jebakan, dan perangkat lain yang tertuang dalam Amandemen Protokol II Konvensi PBB tentang Senjata Konvensional CCW, Protokol I Konvensi Jenewa, dan hukum humaniter PHOTO / UKRHYDROENERGOBendungan Kakhovka yang rusak, dekat Kherson, Ukraina, 6 Juni 2023. Sampai saat ini belum jelas siapa pihak yang bertanggung jawab atas jebolnya Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Kakhovka. Rusia dan Ukraina masih saling menyalahkan atas insiden yang terjadi pada 6 Juni 2023 malam dari Demokrat, Amerika Serikat, Bob Menendez, yang memimpin Komite Urusan Luar Negeri di Senat, kepada BBC, mengatakan, ia belum yakin Rusia yang bertanggung jawab meledakkan Kakhovka. Rusia mengklaim Kakhovka jebol gara-gara diserang Rusia Vladimir Putin menyatakan, peledakan bendungan itu tindakan biadab. Hal ini ia sampaikan ketika berkomunikasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melalui telepon. ”Otoritas Kyiv meningkatkan kejahatan perang secara terbuka dengan memakai metode teroris dan melakukan sabotase di wilayah Rusia,” saat ini belum jelas siapa pihak yang bertanggung-jawab atas jebolnya Bendungan PLTA lembaga kajian AS, Institut Studi Perang, menyebutkan Rusia memiliki kepentingan yang lebih besar dan lebih jelas untuk membanjiri Dnieper meski itu juga merusak posisi pertahanan mereka sendiri. Pasukan Rusia mungkin berpikir menerobos bendungan dapat menutupi kemungkinan mundur dan menunda serangan balasan air di wilayah Kherson akan mempersulit pasukan Ukraina untuk melakukan operasi apa pun yang melibatkan penyeberangan sungai untuk merebut kembali tepi timur, ke arah Crimea.”Mengikuti logika siapa yang diuntungkan, Rusia akan menjadi penyebab yang jelas karena dengan membuat banjir di hilir Nova Kakhovka, Rusia akan mempersulit upaya Ukraina untuk menyeberang, memenangkan waktu, yang akan memungkinkan mereka untuk fokus pada bagian lain dari depan,” kata Guru Besar Sejarah di Sekolah Studi Internasional Lanjutan Johns Hopkins Sergey HRYSYNAWarga naik perahu karet di tengah-tengah banjir di Kherson, Ukraina, Rabu 7/6/2023.Konsultan independen di bidang risiko internasional, Stephane Audrand, juga mengatakan, ia tidak melihat Ukraina diuntungkan dalam situasi ini. Infrastrukturnya lebih hancur, lebih banyak fasilitas produksi listrik yang rusak, lebih banyak penderitaan bagi warga sipil Ukraina, dan pembatasan opsi ofensif dan logistik Ukraina,” dari Pusat Analis Angkatan Laut, AS, Michael Kofman, mengatakan, Rusia bertanggung jawab karena mengendalikan bendungan. ”Bencana ini merusak pertanian dan stok air minum. Ini akan memusnahkan kehidupan masyarakat selamanya,” juga Kherson Direbut Lalu DitinggalkanPenghancuran sebesar ini menyebabkan kerugian besar bagi warga sipil. Berdasarkan Protokol Tambahan Konvensi Geneva tahun 1949, tindakan itu dianggap sebagai kejahatan 56 menyebutkan, ”bendungan, tanggul, dan stasiun pembangkit listrik tenaga nuklir, tidak boleh dijadikan sasaran serangan, bahkan di mana obyek-obyek tersebut adalah sasaran militer, jika serangan tersebut dapat menyebabkan pelepasan kekuatan berbahaya dan akibatnya kerugian besar di antara penduduk sipil”.Sejarah kontemporer menawarkan banyak contoh penghancuran bendungan dan banjir di Eropa untuk tujuan defensif dan ofensif. Pada 1941, Uni Soviet meledakkan bendungan besar di Zaporizhzhia Ukraina untuk memperlambat gerak maju tergenang air di Kherson, Ukraina, Rabu 7/6/2023, setelah tembok Bendungan Kakhovka Mei 1943, Angkatan Udara Kerajaan Inggris mengebom bendungan Jerman di lembah Ruhr, pusat industri negara itu. Operasi yang dilakukan skuadron RAF 617 ini menghancurkan dua dari tiga bendungan dan merusak yang ketiga. Insiden itu diabadikan dalam film The Dam Busters produksi tahun banjir juga dipraktikkan dalam Perang Dunia Pertama. Pada musim gugur 1914, selama Pertempuran Yser, pasukan Perancis dan Belgia memicu banjir untuk memperlambat gerak maju pasukan Jerman yang mencoba menyeberangi Sungai Yser menuju Dunkirk. Banjir itu diatur dengan merusak sistem kunci di Nieuwpoort, yang mengatur masuknya air laut dan drainase ke dataran beberapa tahun terakhir ini, Kakhovka menjadi simbol pengaruh antara Rusia dan Ukraina. Ketika Rusia mencaplok Crimea pada 2014, Ukraina pernah menutup Kakhovka dan memutus akses semenanjung selatan Ukraina pada sumber air juga Krisis Kemanusiaan Mulai Melanda UkrainaKemudian, pada tahun lalu, Ukraina menuding pasukan Rusia menanam bahan peledak di Kakhovka. Kremlin membantah tudingan ini. Tidak jelas bagaimana bencana Kakhovka ini akan memengaruhi perang dan serangan balasan Ukraina terhadap menilai jebolnya Bendungan Kakhovka ini tidak akan secara substansial memengaruhi prospek militer Ukraina dalam serangannya. ”Kalau melihat situasi di sepanjang Sungai Dnieper, di satu sisi, banjir akan merusak pertahanan yang dibangun militer Rusia di sepanjang tepi sungai. Operasi lintas sungai Ukraina akan sangat sulit dilakukan,” itu, sedikitnya warga yang tinggal di kedua sisi Sungai Dnipro, Kherson, Ukraina, sudah dievakuasi setelah banjir bandang akibat jebolnya Bendungan Kakhovka. Sampai sejauh ini, 30 kawasan pemukiman kota dan desa dengan sekitar rumah terendam banjir. Sebanyak 10 pemukiman di antaranya berada di wilayah yang diduduki pencari dan penyelamat bergegas mengeavkuasi warga yang terjebak banjir dan bertahan di atap rumah. Mereka sekaligus memasok air minum ke daerah-daerah yang terkepung Bendungan PLTA Kakhovka membuat warga tidak bisa mengakses air minum dan kehilangan pasokan listrik. Ribuan warga bahkan mengungsi karena tempat tinggal kebanjiran dengan ketinggian air bervariasi. Lahan pertanian juga rusak. Risiko yang paling membahayakan adalah banyaknya ranjau darat yang terbawa arus air juga Air Bah Terus Naik, Militer Ukraina-Rusia Tetap Saling SerangWarga yang tinggal di daerah yang diduduki Rusia mengeluhkan bantuan yang lambat datang. Padahal, air semakin tinggi dan jalanan hanya bisa dilewati dengan perahu, Rabu 7/6/2023. Banyak yang menyelamatkan diri dengan bertahan di atap rumah dan tidak mau meninggalkan daerah itu dilaporkan 3 orang tewas. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggelar rapat mendadak untuk membahas cara menyediakan air minum bagi penduduk serta menilai kerusakan lahan pertanian dan properti lainnya. ”Sulit memperkirakan berapa banyak bahan kimia dan produk minyak yang tersimpan di daerah banjir yang kini menyebar ke sungai dan laut,” kata Zelenskyy. REUTERS/AFP/AP EditorFX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
.
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/437
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/433
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/169
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/302
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/138
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/231
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/221
  • r8ugkv7oi7.pages.dev/429
  • beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda jakarta